Lagi suka dengan tembang berjudul Tak Berbalas yang sedang rajin diputar di berbagai radio dan stasiun televisi musik belakangan ini? Itulah single pertama milik Drive dari album perdana mereka bertajuk Esok Lebih Baik. Kehadiran grup baru yang terdiri Adi (drum), Budi (gitar), Anji (vokal), dan Dygo (bas) tidak bisa lepas dari peranan Piyu Padi yang menjadi produser mereka.

Sebelumnya, mereka sudah ke sana-sini menawarkan demo rekaman tapi tidak langsung membawa hasil. Kabarnya Abdee, gitaris Slank, sempat berminat memproduseri mereka namun tidak jadi. “Mungkin karena dia terlalu sibuk,” duga Adi.

Drive

Akhirnya, sekitar Oktober 2006, mereka bertemu Piyu. Meskipun tertarik, Piyu tidak langsung percaya dengan permainan para personil Drive. Mereka diminta tampil live di hadapan Piyu. “Waktu terima demo rekamannya Drive, suaranya terlalu bersih. Jadi, saya suruh mereka main live. Ternyata memang mainnya bagus, ” ungkap Piyu saat mengisi talkshow Campus Edutainment di salah satu kampus di Surabaya beberapa hari lalu.

Ingin mengenal Drive lebih dekat? Simak petikan obrolan hasil nongkrong Sembarang.com dengan Drive (minus Budi yang mendadak harus balik ke Jakarta) di salah satu toko donat di Surabaya belum lama ini.

Siapa yang ngasih nama Drive?
Adi: Budi. Dulu kita pakai nama Flow, tapi karena di acara DreamBand ada yang pakai nama itu kita lalu ganti nama.

Mirip dengan nama salah satu grup jazz ya?
Adi: Gak apa-apa tapi mereka kan mainnya jazz. Drive diambil dari istilah permainan gitar, overdrive, yang sering dilakukan Budi.

Proses bikin album butuh waktu berapa lama?
Adi: Setelah teken kontrak, kita mulai recording tanggal 2 Januari 2007 di studionya Mas Piyu
Dygo: Kita rekaman sampai Maret. Di Februari sempat terhambat karena banjir. Terhambat dua minggu. Waktu itu lagi take vocal. Mungkin hampir tiga bulanan lah proses produksinya.

Kontraknya untuk berapa album?
Anji: Dua album. Itu kontrak yang sangat menyenangkan.

Yang banyak bikin lagu di album ini Budi ya?
Anji: Sebenarnya bikin lagu semua. Hanya kebetulan waktu masih bernama Flow, lagu-lagunya udah banyak. Waktu Anji sama Dygo masuk, kita nambahin lagu. Dan Budi percaya kita sudah bisa buat lagu. Kita punya departemen masing-masing, ada departemen lagu, departemen lirik, departemen sound, departemen aransemen… Untuk lirik nantinya mungkin saya. Dygo lagunya keren-keren. Kalau Adi lebih ke sound karena dia adalah sound enginer. Budi (urusan) studio dan aransemen.
Dygo: Di album ini memang dominan Budi, tapi kalau masalah lirik, Anji banyak terlibat.

Lirik lagu-lagu di album pertama ini semuanya berbahasa Indonesia ya? Gak ada rencana pakai bahasa Inggris?
Anji: Iya, kita lagi mengeksplor itu. Sulit kan buat lirik berbahasa Indonesia yang baik, yang bagus. Nanti untuk lirik bahasa Inggris, Insya Allah, ada di album ke-2. Udah dapat temanya di otak, udah dapat inspirasinya tapi nantilah.

Drive dapat pengaruh dari grup apa saja?
Anji: kebanyakan dari American Rock. Saya banyak terinspirasi sama Silver Chair dan Incubus. Vokalnya asyik.
Adi: Gak sih. Semuanya kita jadikan referensi, perbendaharaan.

Kalau dari dalam negeri?
Adi: Kalau aku dulu pertama kali suka lihat band itu Slank.
Anji: Dygo suka Gigi. Kalau Budi lagi suka sama Naif. Kebetulan dulu waktu pertama kali jadi vokalis, saya bawakan lagunya Padi. Eh gak tahu sekarang diproduseri sama orang pentingnya Padi. Jadi seperti ada magic-nya.

Apa warna musik Drive ada yang berubah setelah ketemu Piyu?
Anji: Gak juga. Mas Piyu sangat memercayakan semua kepada kita. Terserah mau ngapain. Jarang banget produser kayak gitu.
Adi: Aku kan aktif di studio rekaman sebagai sound enginer. Ada beberapa grup yang rekaman sama aku. Aku bisa melihat gimana mereka kerja. Beda banget sama Mas Piyu dibanding produser mereka. Asyik banget.

Sebagai yang sudah sering di studio rekaman, Adi udah tahu dong trik-trik manipulasi segala macam…
Adi: Aku sih merasa kalau terlalu banyak kita manipulasi dan editing, rasa manusiawinya hilang. Justru aku malah mengurangi itu banget di produksi Drive ini. Banyak client-ku yang kayak gitu tapi jadinya kayak mesin, bukan orang.
Anji: Misalnya, untuk vokal yang fals bisa pakai Auto-Tune. Saya waktu itu ditawari mau pakai Auto-Tune gak? Gak! Gak! Gak mau! Gw usaha. Sebenarnya kan alat-alat itu sebagai alat bantu aja untuk yang gak bisa nyanyi, gak ketolong.

Kayaknya album Drive kemarin dirilis berbarengan dengan album dari grup-grup lama ya? Sengaja?
Anji: Sebenarnya gak ada kesengajaan juga. Tadinya kita sudah nentuin tanggal, terus ada kabar Peterpan tanggal segitu, ya udah. Mereka berperang di jalur yang sama, makanya kita mau jadi kuda hitam. Radja, Peterpan, Samsons, Ungu, Kangen Band, bahkan Dewa 19 dengan lagu bertempo middle di sana, kita pengen lari di sini.
Dygo: Menurut Mas Piyu, segmen mereka sama segmen kita punya jalan masing-masing.

Sudah ada respon positif yang diterima?
Dygo: Banyak.
Anji: Ada sih. Dengan SinemArt, yang udah deal adalah lagu hit pertama dan kedua untuk dipakai jadi soundtrack sinetron. Trus, hit ke-3 untuk FTV. Lalu ada dua lagu lagi yang sedang ditaksir. Sebetulnya ada banyak.

So far gimana penjualannya?
Anji: Belum tahu.
Adi: Selama promo ini kita juga mengunjungi toko-toko ritel kaset, ada yang bilang sudah habis cuma mereka belum repeat. Mungkin karena supply-nya gak terlalu banyak karena kita kan band baru ya.
Dygo: Asal jangan sampai ada retur gitu.

Target penjualan album berapa nih?
Anji: Wah, ini kita baru pertama kali ditanya target penjualan. Dari 220 juta penduduk, yah 50%-nya…berapa ya? Kalau saya pribadi, 100.000 itu sudah bagus. Yang jelas, untuk sales kita kurang tahu, tapi kalau untuk materi sangat yakin, sangat yakin!
Dygo: Kalau target sih pengennya sih sebesar-besarnya.

Video klip berikutnya apa nih?
Anji: Bersama Bintang.

Warna cover album yang didominasi warna hijau itu kenapa tuh? Ada alasan khusus?
Anji: Menurut feng shui, warna hijau itu bagus… he he he. Trus, hijau itu kan warna lampu lalu lintas untuk jalan terus. Kita pengen jalan terus dan itu sesuai dengan konsep logo kita yang ke atas tapi ke kanan.

Apa nanti warna hijau akan selalu jadi ciri khas di album-album Drive berikutnya?
Anji: Logonya akan selalu ada warna hijau. Tapi kayaknya besok untuk album kedua temanya… ah gak deh, nanti aja. Album kedua udah kepikiran, lagu-lagunya juga udah ada.
Dygo: Apa yang perlu dibikin hal baru, sudah kita pikirin. Sedikit demi sedikit. Soalnya kadang tidak terasa, bikin tur banyak, lupa mikirin konsep. Sekarang kita berusaha bikin konsep yang jelas untuk setiap album.

Untuk album kedua gimana?
Dygo: Kita sih sudah punya konsepnya tapi entar aja… he he he. Yang pasti benang merahnya sama tapi ada beberapa hal baru yang kita bikin. Namun tetap Drive.
Anji: Nuansanya agak beda. Tentang episode kelam.

Lagu-lagunya sudah mulai disiapin?
Anji: Udah ada lah. Waktu itu kan kita mengajukan ke Mas Piyu 22 buah lagu. Ada beberapa lagu yang katanya Mas Piyu nanti untuk album ke-2.

Ada kabar albumnya sudah dibajak?
Anji: Udah! Udah sampai Bukit Tinggi segala…
Dygo: Siapapun orang Indonesia mungkin gak bisa mikir gimana caranya menghentikan pembajakan. Tinggal tergantung kesadaran masyarakat sendiri untuk tidak beli bajakan. Kesadaran masyarakat masih kurang untuk menghargai sebuah karya.
Anji: Soalnya udah kayak prostitusi dan perjudian. Mau dirazia, diberantas, seminggu lagi balik. Mungkin harus dibikin kayak prostitusi dengan dilokalisasi. Jadi, yang bajak ditarikin pajak. Waktu itu kan sempat ada yang mencetuskan ide kayak gitu. Bajak-bajak aja yang penting bayar royalti.

Kan sekarang ada toko yang menjual mp3 satu lagu sekitar 5000 rupiah…
Anji: Kalau satu lagu 5000, dengan bajakan kita bisa dapat 100 lagu. Ada Peterpan, The Titans, Drive, Five Minutes… satu CD hanya 6000-10000 rupiah, mereka pasti milih itu. Kecuali bagi mereka yang mementingkan kualitas sound yang bagus.

Jadi pembajakan itu sulit dicegah ya…
Anji: Bisa sih mungkin tapi pasti sulit. Kayak di Cawang, di sebelah kantor polisi ada yang jual bajakan, VCD porno, DVD porno, MP3 bajakan, dan segala macam. Sebenarnya bisa aja dicegah kalau aparat kuat nangkapin. Sulit juga sih…

Ada yang bilang, tanda band ngetop itu kalau albumnya udah dibajak…
Dygo: Iya, memang benar! Ha ha ha…
Anji: Iya sih, waktu kita baru keluar belum ada bajakannya. Sekarang udah ada bajakannya berarti lumayan ya… Terus terang saya juga sering beli bajakan… tapi untuk artis luar. Kalau artis Indonesia biasanya langsung beli kasetnya. Itu rasa di dalam diri aja. Di rumah banyak sih.

Bagaimana Drive melihat materi album baru band-band lainnya yang juga barusan keluar?
Anji: Mereka banyak ngambil jalur aman. Ada sih yang bermain di jalur yang sama dengan kita, grupnya gitaris Dewa19, Andra & The Backbone. Mereka keren banget. Asyik musiknya.
Adi: Kadang-kadang kita bingung pas dengerin lagu, Ungu atau Peterpan ya? Kalau kita bikin lagu kayak gitu, ya sama aja kita lempar garam ke laut. Kita ingin sesuatu yang lain. Yang membuat kita berani menantang pasar karena musik kita masih ada unsur popnya.
Anji: Kita sadar kita masuk industri. Bukan berarti kita gak ada lagu yang mellow. Single ke-2 kita itu lagu paling mellow di album ini.

Eh, itu website-nya (www.drivemaniacs.com) yang bikin siapa? Anak-anak Drive sendiri atau label?
Anji: Dari label. Tapi kita yang nyumbang materi. Kita ditanya juga, desainnya gimana, kontennya gimana. Ini barusan ada yang SMS, baru lihat website-nya.

Apakah memanfaatkan jalur lain juga seperti Blog, Friendster, atau MySpace?
Anji: Ada rencana sih tapi untuk sementara masih website saja. Kalau Friendster ada. Responnya bagus banget.

Pakai e-mail apa?
Adi: sound4drive@yahoo.co.id

Oh ya, grup baru biasanya sering melakukan lip sync terutama saat manggung di acara tv. Gimana komentar kalian soal lip sync?
Anji: Sebenarnya kita gak pengen banget, soalnya manggung itu adalah pembuktian kami akan hasil karya yang kami buat. Tapi memang sih kalau melihat beberapa stasiun televisi itu kadang kan mereka berhubungan sama broadcast, fasilitas tempat diadakan acara ya udah lip sync. Malas sih lip sync, energinya gak keluar.

Udah pernah manggung di acara tv? Lip sync gak?
Anji: Live tapi tapping, untungnya gak ada pengulangan. Langsung jalan terus.

Kalau nanti ada nyuruh lip sync?
Anji: Kita pasti akan coba meyakinkan. Biasanya pasti desas-desusnya ada. Oh ini bagus mainnya, ini payah.
Dygo: Mungkin stasiun tv bakal melihat kualitas band bagus atau gak. Atau mungkin melihat kalau semua band main live jadi repot. Jadi sebagian lip sync.

Jadi, mau gak mau nantinya harus ikut lip sync juga ya?
Dygo: Iya, itu bagian dari proses. Kita sih lebih senang live yang di outdoor.

Drive sendiri siap tampil live gak?
Adi: Kita siap banget.
Anji: Sangat siap!

Sudah ada rencana untuk tur konser?
Adi: Sekarang sih baru keliling radio dulu. Tapi dari pihak label udah ngomong, entar balik dari promo tour radio se-Jawa ini ada tur-tur yang lain.