[rate 3.5]
Sepertinya penonton film di Indonesia semakin sering memperoleh kesempatan lebih dulu menikmati film-film unggulan rilisan terbaru Hollywood, minimal bersamaan. Yang terbaru adalah X-Men: The Last Stand, di mana Indonesia mendapat giliran pemutaran mulai 24 Mei 2006, berbarengan dengan Philipina, Swedia, dan Perancis, tetapi sehari lebih cepat dibandingkan dengan Australia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Jerman, dan Thailand. Bahkan dua hari lebih cepat daripada jadual rilis di Amerika, Brazil, dan Italia.
Membahas X-Men: The Last Stand tanpa lepas dari spoiler, rasanya agak sulit. Yang jelas, dalam bagian ke-3 trilogi X-Men ini, rentetan tragedi menyelimuti para mutan, baik anggota X-Men pimpinan Charles Xavier alias Professor X (Patrick Stewart) maupun Brotherhood of Mutants-nya Magneto (Ian McKellen). Bisa dibilang inilah film X-Men paling kelabu, penuh kesedihan. Akibat dari rentetan tragedi itu, nama-nama seperti Cyclops, Jean Grey, Mystique, bahkan Profesor X dan Magneto mungkin tidak bakal ditemui lagi seandainya film waralaba keluaran Marvel ini akan dibikin lanjutannya. Sekali lagi, mungkin lho. Ups, spoiler-nya terlalu banyak ya? He he he 🙂
Diawali dengan keadaan Scott alias Cyclops (James Marsden) yang masih depresi memikirkan kematian Jean Grey (Famke Janssen) di X2. Dia tidak bisa melatih anak-anak mutan bareng Storm (Halle Berry) di ruang latihan simulator, Danger Room, sehingga harus digantikan Logan alias Wolverine (Hugh Jackman). Mengetahui hal itu, Professor X tidak lagi berharap Cyclops dapat menggantikannya kelak. Adalah Storm yang kini dianggap sebagai kandidat kuat.
Dibayangi-bayangi panggilan suara Jean, membuat Cyclops pergi ke danau tempat Jean terbunuh. Tak disangka, di tempat itu tiba-tiba muncul Jean. Jean bangkit dari kematian! Sayangnya Jean yang sekarang bukan Jean yang dulu. Kali ini bukannya menghapus kesedihan Cyclops, dengan munculnya kepribadiannya sebagai Phoenix yang kekuatannya sangat besar, dia malah membawa bencana besar untuk suaminya!
Kejadian itu dirasakan Professor X yang segera mengirim Storm dan Wolverine mencari Cyclops. Sayangnya mereka hanya menemukan Jean yang tergolek di tepi danau. Cyclops tidak ada. Yang tertinggal di tempat kejadian tinggal kacamata khusus milik Cyclops.
Di X-Mansion, Jean yang coba dirawat Professor X berhasil kabur setelah hampir mencelakakan Wolverine. Entah mengapa Jean kembali ke rumah orangtuanya. Ketika rombongan X-Men menyusul, di sana sudah ada Erik Lensherr alias Magneto dan gerombolannya yang berniat merekrut Jean. Usaha Professor X yang mencoba masuk ke pikiran Jean tidak berhasil. Bahkan perlawanan keras dari kekuatan jahat Jean justru mencelakai Professor X. Wolverine dan Storm yang semula disuruh tunggu di luar rumah tidak keburu menyelamatkannya. Keluarga besar X-Mansion dirundung duka yang mendalam.
Tragedi juga menimpa mutan kesayangan Magneto, Mystique (Rebecca Romijn) yang sebelumnya tertangkap oleh pemerintah. Saat coba dibebaskan Magneto, mutan berwarna biru yang jagoan menyamar itu terkena tembakan cairan pemunah gen mutan yang sedang dikembangkan pemerintah bekerja sama dengan sebuah perusahaan swasta. Mystique yang kehilangan kekuatannya sebagai mutan ditinggalkan begitu saja.
Temuan pemunah gen mutan memang bikin heboh kalangan mutan. Meskipun ada yang tertarik, seperti Roque (Anna Paquin) misalnya, namun sebagian besar mutan menentang hasil penelitian perusahaan milik ayah dari Warren Worthington III alias Angel (Ben Foster), seorang mutan bersayap, itu. Menteri Departemen Urusan Mutan Dr. Hank McCoy alias Beast (Kelsey Grammer) termasuk yang menolak, apalagi ia merasa tidak diminta pendapatnya oleh presiden soal hal tersebut. Sebagai bentuk protesnya, Beast mengundurkan diri dari kabinet dan kembali bergabung dengan X-Men. Bentuk penolakan lebih besar ditunjukkan oleh Magneto yang menganggap ‘obat’ pemunah itu sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk melenyapkan kaum mutan. Bersama anak buahnya, ia menyerbu laboratorium Worthington di Pulau Penjara Alcatraz yang merupakan tempat penelitian pemunah gen mutan. Leech (Cameron Bright), mutan bocah yang menjadi sumber pemunah gen tersebut juga menjadi target untuk dilenyapkan. Untuk mencapai pulau itu, dengan kekuatannya Magneto menggerakkan Jembatan Golden Gate hingga pindah ke tepi pulau.
Tindakan brutal Magneto tentunya mendapat perlawanan dari anggota X-Men yang segera menyusul ke Alcatraz. Pasukan Magneto sempat agak kewalahan menghadapi tentara yang dilengkapi dengan cairan pemunah gen mutan itu. Apalagi senjata yang digunakan terbuat dari plastik yang tidak bisa dikendalikan Magneto Di tengah pertarungan antara X-Men dan Brotherhood, suatu tragedi menimpa Magneto. Kerja sama Beast dan Wolverine berhasil melucuti kekuatannya. Di pihak Magneto, yang tersisa tinggal Phoenix. Untuk melumpuhkan Phoenix yang sedang mengamuk menghancurkan semua ada di Alcatraz, Wolverine terpaksa harus berbuat tega terhadap perempuan yang masih dicintainya saat ia lengah. Tragis memang.
Tidak hanya soal berbagai tragedi yang memenuhi film ini tetapi juga kemunculan sederet mutan-mutan baru yang belum pernah muncul secara jelas dalam film X-Men sebelumnya. Ini yang menarik. Selain Beast, Angel, dan Leech, masih ada nama-nama seperti Shadowcat (Ellen Page), Colossus (Daniel Cudmore), Callisto (Dania Ramirez), Multiple Man (Eric Dane), Quill (Ken Leung), Arclight (Omahyra), dan Juggernaut (Vinnie Jones). Hadirnya begitu banyak mutan dengan kemampuan dahsyat mereka masing-masing menjadi kekuatan tersendiri film arahan Brett Ratner ini. Semua itu masih ditambah dengan sederet keindahan pemandangan lansekap yang menyamankan mata penonton.
dah nonton, tanggal 25 di TIM, masih sepi
tapi mayan lah, mungkin klo ada sambungannya bisa idup lagi kali, namanya juga pelem