[rate 2.5]
Meskipun dari posternya sudah tertangkap kalau film Otomatis Romantis ini bergenre komedi namun jangan berharap langsung disuguhi adegan lucu dari awal. Film produksi ISI Production ini justru dimulai dengan suasana Nadia (Marsha Timothy) yang sedang bete di hari ulang tahunnya yang ke-29 lantaran disuruh cepat-cepat kawin oleh orang tuanya, Joko (Tarzan) dan Ibu Joko (Chintami Atmanegara). Apalagi melihat kakaknya, Nabila (Wulan Guritno) sudah menikah dan adiknya, Nana (Poppy Sovia) sudah punya pacar, membuat ortunya punya alasan lebih untuk semakin mendesak.
Kekesalan Nadia terbawa ke kantor di mana dia menjabat sebagai Pemimpin Redaksi. Pagi-pagi datang dia langsung pasang tampang judes. Akibatnya orang-orang kantor jadi sasaran kekesalannya, termasuk sang sekretaris yang diperankan dengan jenaka oleh Mpok Atiek. Dari sinilah mulai mengalir kelucuan film ini yang bisa bikin tersenyum dan bahkan tertawa.
Sementara di wilayah lain Jakarta pagi itu, ada Bambang (Tora Sudiro) yang harus rela kehilangan motornya lantaran dipakai kakaknya, Tresno (Dwi Sasono) untuk taruhan. Bambang terpaksa naik bus ke kantor. Sudah bisa ditebak, Bambang bekerja di kantor yang sama dengan Nadia, bedanya posisi Bambang adalah Bagian Administrasi yang sekilas rada mirip office boy. Tiba-tiba bayangan FTV Ujang Pantri langsung muncul. Kebetulan sutradaranya sama, Guntur Soeharjanto.
Mulanya Bambang bukanlah siapa-siapa di mata Nadia. Permohonan Bambang untuk menulis di majalah yang dipimpinnya ditolak mentah-mentah. Namun sejak Bambang kebetulan harus menjadi model pengganti untuk pemotretan produk pakaian, Nadia mulai terkesan dengan pegawai yang tidak mau dipanggil dengan sebutan “Bang” apalagi “Bembie” itu. Apalagi kebetulan yang punya produk pakaian ingin Bambang jadi model lagi, apalagi kebetulan Nadia melihat Bambang bisa berakrab ria dengan Aurel (Hansel batara), anaknya Nabila dan Dave (Tukul Arwana) yang sempat bertengkar di kantornya Nadia. Apalagi kebetulan Dave yang tiba-tiba ingin mengundang makan seluruh keluarga dalam rangka berbaikan dengan Nabila keceplosan ngomong ke mertuanya bahwa Bambang itu adalah pacarnya Nadia sehingga harus diajak. Ya, semuanya terasa dibikin “serba kebetulan” untuk membuat Bambang dan Nadia jadi dekat. Tidak usah mikir lebih jauh, lanjutkan saja dulu menikmati film yang naskahnya ditulis Monty Tiwa ini.
Ketertarikannya terhadap Bambang membuat Nadia jadi ragu apakah bisa berhasil. Pasalnya, selama ini dia menganggap cewek di keluarganya kena ‘kutukan’. Kutukan? Coba lihat saja, Nabila mendapat suami seperti Dave yang tampangnya ‘kayak’ Tukul Arwana dan pacarnya Nana berambut keriting tidak karuan sampai dijuluki “beruk” oleh Nadia. Belum lagi rasa gengsi menyangkut statusnya sebagai atasan Bambang di kantor.
Akhirnya dengan dukungan dari kakak dan adiknya, Nadia maju memberanikan diri menunjukkan rasa sukanya ke Bambang yang lugu itu. Pengalamannya sebagai pimpinan redaksi dari majalah perempuan yang banyak memberi tips seputar hubungan asmara ternyata tidak membantu. Buktinya ketika Nadia nekat menerapkan salah satu tips yang pernah dimuat di majalahnya justru membuat Bambang kebingungan. Bisa jadi ini adalah sentilan bagi majalah-majalah gaya hidup di luar sana yang sering memuat tips-tips bombastis tidak masuk akal yang sebenarnya sulit diterapkan di kehidupan nyata.
Namun di saat Nadia sedang berbunga-bunga hatinya, tiba-tiba Bambang datang menghadap untuk pinjam uang untuk mengawini tetangganya yang dihamili Tresno, kakaknya Bambang. Jelas rencana itu membuat Nadia sangat terkejut. Bagaimana kelanjutan hubungan Nadia dan Bambang otomatis mudah ditebak, secara ini film komedi gitu loh…
Sebagai film komedi, sebenarnya film Otomatis Romantis ini tergolong cukup menarik untuk ditonton. Terutama dialog dan sentilannya yang menarik. Cerita sederhana dan penggunaan bahasa sehari-hari, termasuk umpatan khas daerah tertentu, juga membuat film ini terasa ‘membumi’, terasa lumayan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam film ini juga ada beberapa adegan lucu yang sayang untuk dilewatkan. Di antaranya adalah ketika Dave yang sambil menangis mencoba merayu Nabila agar tidak jadi cerai dengan mengatakan sesuatu yang konyol, langsung disambut dengan umpatan khas Jawa Tengah dan Jawa Timur oleh Nabila. Ha ha ha…
Sayangnya, pengenalan karakter masing-masing tokoh di film ini kurang terbangun dengan baik. Alur cerita juga terkesan dibikin gampang nyambung. Lihat saja. Tiba-tiba saja Bambang punya keberanian menghadap pimpinan redaksi yang terkenal galak, tiba-tiba saja Bambang punya mesin ketik di rumah, tiba-tiba saja Nabila mau minta cerai dari Dave, tiba-tiba saja Nabila ada di belakang Nadia saat Nadia sedang memperhatikan Bambang dari balik jendela ruangannya, tiba-tiba saja di ujung cerita Tresno mau ‘berbaik hati’ menggantikan posisi Bambang di depan penghulu, tiba-tiba saja Tresno mau melepas Bambang dari ‘manajemen model’nya, dan tiba-tiba lainnya.
Hal lain yang juga agak mengganggu adalah kualitas gambar yang grainy dan pucat. Begitu pula dengan tata suara yang kurang nyaman di telinga. Semoga saja soal jeleknya kualitas gambar dan tata suara hanya karena kebetulan terjadi di bioskop tertentu saja.
Selain itu, akting para bintang film yang main di film ini terasa kurang maksimal. Rasanya peran yang diberikan terlalu biasa bagi mereka. Bisa jadi hal ini terkait dengan kurangnya porsi pengenalan masing-masing karakter tadi.
Mungkin agar bisa tertawa lepas sepanjang menonton film yang hanya menghabiskan 10 hari waktu syuting ini, nikmati saja tanpa harus mikir.
FOTO-FOTO: DOK. ISI PRODUCTION.
Semalam eCha baru nonton film ini.
Jujur aja eCha ga terlalu ahli dalam hal memperhatikan penataan cahaya, suara, etc.
cuma penggemar film… 😛 hehehe…
Cuma mau komen, setelah dipikir², memang terkesan agak “biasa”
dan jujur aja film “ujang” pantry juga terbersit dalam pikiran saya, tapi alurnya beda koQ, cuma ada sedikit kesamaan yang memang mencolok, hubungan boss killer & bawahan ndeso… 😀
anyway..film ini not that bad lah…tapi ya itu.. “biasa”
hehehe…
echa, kalau sama persis dgn Ujang Pantri ya itu namanya bukan mirip lagi 🙂
filmnya bagus bangeeeet. akting pemainnya, terutama tora dan marsha oke punya. hanya saya penasaran dengan lagu-lagunya. apa sih judulnya dan penyanyinya? klo ada yg tmn-tmn yg tau, tolong dong e-mail saya. Tqbe4
saya agak terganggu dengan keluarganya nadia.
bayangpun, sepertinya usia nadia, nana, dan nabila
tidak jauh beda dangan ….ibu joko?!?
atau ibu joko rutin merawat kulit, anti aging.hehe
atau saya yang salah lihat.
Nonton film ini kayak nonton sinetron di bioskop,, menghibur sih..tp menurutku penonton jangan dibiarin terlalu lama berada pada fase “plateau”,,fase datar tanpa adegan yang lucu, namanya juga film komedi, surprise us please!!make us laughh!!The more the merrier!!Masi kalah ama Get Married,, walopun ending get married jayuz.. Di film ini ada beberapa adegan yang, well, datar jika tidak ingin dikatakan membosankan.
Tp gpp, maju terus film non-horor indonesia,,kalahkan hegemoni film horor di Indonesia!!
mmg film indonesia skrg lg menggeliat.but film ini lumayanlah, bnyak hikmah yang bisa diambil dari film ini, contohnya kalo Kerja Jangan ABS, be your self ok
speciall its not important, the things is i got laugh cause it funny and smart.
Film ini saya suka. Terkesan memang film ini biasa, tapi coba amati cara pengemasan dialognya, pembuat cerita sudah tahu kalo adegan yang akan di perlihatkan adalah terkesan melucu dimata pemirsa, dan biasanya jika ada lelucon yang penontonnya tahu itu adegan melucu maka penonton tdk akan tertawa. Tetapi dalam film ini lain sebab walupun terkesan melucu tetapi toh penonton bakal tertawa terbahak bahak, contoh : saat Bambang mengejek Dave di dekat kuda, saat dave menggigit kaki pak joko dan merayu nabila dll. Intinya walupun biasa tetapi tetap tertawa khan. Jadi kesimpulannya film ini adalah film yang efektif, sebab dengan waktu syuting yang singkat dapat menyuguhkan humor yang tak lucu tapi bisa buat orang tertawa. he he he 3x…
“Otomatis Romantis”, bagiku film ini sangat menyegarkan dan lucu. Karakter yang dimainkan oleh Bambang(Tore sudiro) sangat pas dengan gaya dia menggunakan logat jawa yang terkenal kental. Satu lagi peran yang dimainkan oleh Marsha Timothy sebagai Nadia di film ini bagus sekali, dia bisa mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan hatinya ketika tahu bahwa bambang akan menikah, di mana saat itu nadia telah suka dengannya. Aku suka peran yang mereka mainkan, juga dengan lainnya seperti Nabila(wulan), Nana(poppy), Joko(Tarzan), Dewi(Cintami), Mas Tresno(Dwi sasono), dan tidak kalah lucu lainnya adalah seorang Tukul arwana yang berperan sebagai Dave.
Semua bersatu dan menjadi cerita yamg sangat menarik dan dapat dijadikan tolok ukur bahwa seseorang tidak selalu dengan kekayaan atau tampang saja untuk mendapatkan cinta, namun dengan kejujuran dan ketulusan hati semuanya akan menjadi lebih indah pada akhirnya. Trims…
film ini emang terasa biasa…
tapi pesan moral yg di tnjukan ada…
emang banyak kbetulannya/tiba-tiba…
seperti…: -bambang punya mesin tik..
-tresno menggantikan bambang di pernikahan..
-n yg lain…
semua itu sebenarnya udah di atur di dlm film….
klo semuanya di jadikan satu bisa aja,tapi terkesan lama..
n klo di jelaskan juga bisa,
tapi di OTOMATIS ROMANTIS 2 aja…
karya elvry…
itu menurut saya…
tapi,tetap OTOMATIS ROMANTIS no 1…….
mas guntur,asick banget…
apalagi ada mas monty tiwa juga…. kren abez,,,,,,,,
saya karena senang sama film yg 1 ini,….
saya sedang menulis tentang OTOMATIS ROMANTIS 2…
karena saya mirip dgn bambang…
ingin agar aspirasi orang yang kecil
juga bisa di andalkan dan bisa diperlukan…
bukan ga ada pengalaman tapi talenta…
met sukses terus perfilman indonesia……..
GBU ALL…..
elvri_fenomena@yahoo.co.id
Pingin tau soundtracknya, ada yag tau ga?