Sabtu, 9 Juli 2011 lalu, Jazz Gunung hadir lagi untuk ke-3 kalinya. Tempatnya masih tetap di kompleks Java Banana Bromo yang terletak di kawasan Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur. Kali ini, Jazz Gunung diisi oleh sederet musisi kondang seperti kelompok Kua Etnika, kelompok Tohpati Ethnomission, Trie Utami, Maya Hasan, dan Glenn Fredly. Sebagai pemandu acara adalah Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto yang juga merupakan penggagas acara ini bersama Sigit Pramono.

Tohpati Ethnomission


Sedikit tertunda dari jadwal semula, rangkaian acara utama baru dimulai sekitar jam 3 sore dengan suguhan atraksi Jathilan dan Reog yang kemudian secara berturut-turut disambung dengan suguhan musik etnik tradisional dari Tim Kesenian Probolinggo dan Kelompok Perkusi Kramat Madura. Nuansa indah dari perpaduan musik unik dan pemandangan alam yang indah pun mulai terbangun.

Atraksi Jathilan

Sayangnya, nuansa yang baru mulai terbangun itu harus terganggu sejenak dengan selipan sesi sambutan sebelum acara berlanjut ke suguhan utama. Tidak hanya dari Sigit Pramono sebagai pihak penyelenggara saja, tetapi sore itu penonton juga harus mendengar sambutan dari beberapa pejabat yang hadir.

Tim Kesenian Probolinggo

Menjelang pukul 5 sore, barulah giliran Tohpati Ethnomission tampil dengan lagu pertama bertajuk Janger. Suasana langsung terasa cerah kembali. Penonton pun tampak bersuka cita dan antusias lagi. Selama tidak kurang dari 30 menit, Tohpati dan kawan-kawan menghipnotis para penonton dengan beberapa lagu lainnya yang tidak kalah mengasyikkan seperti Bedhaya Ketawang dan Perang Tanding. Tidak adanya penghalang antara penonton dan penampil membuat suasana terasa makin hangat dan menyenangkan.

Kelompok Perkusi Kramat Madura

Sementara grup Kua Etnika-nya Djaduk Ferianto yang tampil selanjutnya, menggandeng Trie Utami dan Maya Hasan untuk berkolaborasi. Dengan iringan petikan harpa Maya Hasan, mengalunlah lagu Savana dan Rising Sun. Sedangkan sederet tembang yang digulirkan bersama Trie Utami di sela dinginnya udara di sekitar lokasi pertunjukan, di antaranya ada Konstan, Kembang Boreh, dan Reog.

Trie Utami & Kua Etnika
Maya Hasan & Kua Etnika

Terjadi sedikit jeda menjelang giliran Glenn Fredly tampil. Nampaknya sempat muncul gangguan teknis. Hal itu masih terasa hingga saat Glenn membuka penampilannya dengan Kala Cinta Menggoda yang pernah dibawakan oleh almarhum Chrisye. Untunglah gangguan teknis tadi tidak berlarut-larut.

Nicky Manuputty & Glenn Fredly

Saat itu, selain menyanyikan beberapa lagunya yang sudah sangat populer seperti Cukup Sudah, Kasih Putih, Rame-rame People, Kisah Romantis, dan You Are My Everything, Glenn juga sempat membawakan lagu Esok Kan Masih Ada sebagai tanda penghormatan kepada Utha Likumahua yang sedang terbaring sakit.

Glenn Fredly

Sebagai penutup, di ujung acara semua artis muncul lagi untuk ber-jam session. Walau jarum jam masih belum mencapai jam 9 malam, namun akhirnya para penonton harus merelakan berakhirnya pertunjukan Jazz Gunung kali ini. Apalagi mengingat udara yang semakin dingin menerpa di kawasan sekitar Gunung Bromo itu. Brrr…

Meskipun lagu-lagu yang diusungnya lebih cenderung ke genre pop ketimbang jazz, tapi tampaknya Glenn paling ditunggu oleh sebagian besar penonton yang hadir. Buktinya, begitu dia tampil, tiba-tiba banyak penonton yang memadati area depan. Tempat pertunjukan yang berada pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut itu terasa semakin sesak.

Bicara soal penonton, jumlahnya yang hadir di Jazz Gunung kali ini terbilang fantastis untuk ukuran pertunjukan yang diadakan lumayan jauh dari kota besar. Hingga di ujung acara, terlihat sekitar 1000 orang memadati lokasi pertunjukan yang sebenarnya tidak terlalu luas itu. Beberapa penonton yang pernah menyaksikan acara itu pada tahun-tahun sebelumnya merasakan perbedaan signifikan soal jumlah penonton.

Apakah banyaknya jumlah penonton Jazz Gunung kali ini hanya semata karena kehadiran Glenn Fredly saja? Semoga tidak demikian, tapi itu perlu dibuktikan pada Jazz Gunung tahun selanjutnya. 🙂