[rate 4.0]
Meskipun merupakan novel pertama Dan Brown yang diterbitkan agak jauh sebelum The Da Vinci Code, novel edisi Bahasa Indonesia cetakan Mei 2006 dari Digital Fortress (1998) ini tetap menarik untuk dibaca. Dengan mengusung setting dunia teknologi yang tergolong jarang digunakan dalam sebuah novel drama, Digital Fortress menawarkan kisah penuh ketegangan dan konflik kepentingan. Ya, bagi yang tidak terbiasa berada dalam lingkungan komputer dan internet bersiaplah untuk masuk ke sebuah dunia lain yang sarat dengan istilah-istilah asing. Cerita yang diusung novel ini memang kental dengan istilah dalam dunia teknologi. Buat yang tidak terbiasa mungkin akan terasa berat membosankan. Untunglah Dan Brown masih menyisakan celah untuk urusan cinta, politik, kehormatan, dan kekuasaan.
Semua dimulai dari sebuah akhir pekan penuh kejutan bagi Susan Fletcher. Pagi-pagi David Becker, kekasihnya, dengan alasan ada urusan penting, secara mendadak menunda rencana kencan romantis perayaan enam bulan pertemuan mereka. Belum hilang dari keterkejutannya dengan sikap David, kembali cewek berusia 38 tahun itu terheran-heran ketika ditelepon Komandan Strathmore, atasannya, untuk segera ke kantor karena ada urusan darurat. Tidak biasanya ada kerjaan penting bagi dirinya di akhir pekan. Susan mungkin tidak mengira bahwa semua itu hanyalah awal dari berbagai rentetan peristiwa yang akan menjadi bagian paling menegangkan dalam hidupnya sebagai Kepala Bagian Kriptografi NSA (National Security Agency).
Kriptografi? Oh, rupanya sejak awal karirnya, Dan Brown telah memilih urusan kode rahasia sebagai topik bahasan yang menarik dijadikan novel. Dan kali ini rahasia penuh kontroversi yang coba disingkap menyangkut NSA. NSA adalah badan intel rahasia milik Amerika Serikat yang didrikan pada 4 November 1952 dengan tujuan “melindungi jaringan komunikasi pemerintah Amerika Serikat dan menyadap jaringan komunikasi kekuatan asing” (halaman 27).
Dalam novel ini, selain Susan Fletcher yang mengepalai divisi kriptografi yang dikenal juga dengan sebutan Crypto, ada Strathmore sebagai Wakil Direktur NSA yang sangat dihormati. Dalam lingkungan NSA, Susan adalah anak kesayangan Strathmore. Sementara kekasih Susan, David Becker sehari-hari bekerja sebagai dosen di Universitas Geogergetown. Perkenalan Susan dengan David dimulai ketika David mendapat tugas dari NSA untuk menerjemahkan sebuah kode berbahasa Kanji.
Ternyata urusan darurat yang dimaksud Komandan Strathmore adalah soal TRANSLTR, sebuah komputer canggih termahal di dunia yang tidak diakui keberadaannya oleh NSA. Sebagai pemecah sandi paling hebat, biasanya mesin tersebut hanya butuh sekian menit dalam menguraikan sebuah kode enskripsi sehingga NSA bisa membaca isi semua e-mail yang dicurigai secara diam-diam. Tetapi kali ini, terjadi sesuatu yang luar biasa. Mesin yang memiliki 3 juta prosesor tersebut sudah melewatkan waktu lebih dari lima belas jam hanya untuk memecahkan sebuah kode dan itu masih terus berlangsung. Kode yang diunduh Strathmore dari internet itu bernama Benteng Digital.
Benteng Digital merupakan alogaritma karya Ensei Tankado yang diklaim tidak akan bisa dipecahkan oleh siapapun, sebuah alogaritma anti-brute force. Jika alogaritma ini dibuka source code-nya untuk umum, nantinya setiap orang dapat menggunakannya untuk mengacak isi e-mail yang dikirimnya tanpa takut disadap pihak-pihak seperti NSA. Dengan adanya Benteng Digital tersebut, badan rahasia itu bakal tidak bisa lagi dengan mudah membongkar rencana kejahatan seperti selama ini yang dilakukan dengan bantuan TRANSLTR. Hal ini tentu membuat gusar Strathmore. Ia sangat terobsesi untuk membongkar rahasia di balik Benteng Digital.
Sebagai mantan karyawan NSA yang turut mengerjakan proyek TRANSLTR, Ensei termasuk orang yang menentang keputusan NSA untuk menyadap lalu lintas data di Internet tanpa ada pengumuman resmi karena dengan demikian NSA telah melanggar hak asasi. Menurutnya, setiap orang punya hak menyimpan rahasia. Dan ia memastikan suatu hari hal itu akan terjadi. Dan hari itu sudah ada di depan mata.
Sebenarnya tujuan Ensei membuat Benteng Digital sederhana saja. Ia ingin agar NSA secara terbuka mengakui memiliki TRANSLTR yang selama ini telah digunakan untuk membuka e-mail setiap orang yang mencurigakan meskipun dienskripsi. Jika hal itu dilakukan NSA, ia berjanji akan menghancurkan sendiri alogaritma Benteng Digital buatannya.
Sejauh ini, Ensei telah menyebarkan salinan source code-nya itu via Internet. Setiap orang bisa mengunduhnya tetapi tanpa bisa membukanya karena Benteng Digital itu disandikan dengan dirinya sendiri. Ensei telah mengumumkan untuk melepas password atas programnya itu kepada penawar tertinggi. Yang membuat pihak NSA tidak bisa berbuat apa-apa, Ensei sudah mengantisipasi kemungkinan terjadi sesuatu atas dirinya. Ia telah memberikan salinan kata kunci itu kepada pihak ketiga, bernama samaran North Dakota, yang akan segera menyebarkannya secara gratis ke seluruh dunia jika ada yang mencoba melukai atau melenyapkan Ensei. Tapi tiba-tiba terdengar kabar Ensei Tankado telah meninggal dunia di Sevilla, Spanyol!
Belakangan Susan baru tahu ternyata kepergian David ke Spanyol ada hubungannya dengan kematian Ensei. Ia mendapat tugas dari Strathmore untuk mengamankan semua barang peninggalan Ensei yang diduga meninggal karena serangan jantung. Kelihatannya sepele, namun kejadian di lapangan tidak demikian. David harus melewati sebuah petualangan baru dan menegangkan dalam menemukan benda milik Ensei yang lenyap, sebuah cincin. Bernegoisasi dengan pelacur tingkat tinggi, dugem dengan anak-anak punk, hingga dikejar-kejar seorang pembunuh bayaran bernama Hulohot. Itulah yang dialami David dalam menemukan cincin yang diyakini menyimpan kata kunci untuk membuka program buatan Ensei.
Keadaan semakin seru. TRANSLTR yang terus bekerja keras membuat panik sejumlah anggota NSA lainnya. Tak diduga, beberapa peristiwa mengejutkan terjadi di lingkungan kantor NSA. Mulai dari terbunuhnya seorang petugas Sys-Sec NSA, dugaan adanya seorang mata-mata Ensei di Crypto, terjadi sebuah ledakan hebat, hingga terancamnya data-data penting milik NSA! Lebih seru lagi, berbarengan dengan usaha membuka rahasia Benteng Digital, sejumlah kebohongan dalam lingkungan Crypto justru ikut terkuak.
Akankah TRANSLTR berhasil memecahkan kode sandi Benteng Digital atau malah gagal? Selamatkah Susan dari ledakan hebat di kantor Cypto itu? Apakah David bisa mendapatkan cincin itu dengan selamat? Siapakah pihak yang menugaskan Hulohot? Siapakah sang mata-mata itu? Siapa pula tokoh bernama North Dakota itu?
Penasaran dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dan tidak sabar menunggu filmnya (yang mungkin akan) dibuat? Bergegaslah mendapatkan buku ini. Untuk sebuah novel bergenre drama thriller berbalut teknologi, bisa dibilang tidaklah rugi membaca Digital Fortress meskipun untuk beberapa hal terasa agak ketinggalan jaman. Apalagi ada ‘bonus’ cuplikan 21 halaman dari buku Dan Brown lainnya, Deception Point.
Yang jelas, membaca buku setebal 567 halaman ini harus cukup berkonsentrasi, tidak bisa dibaca sambil lalu kecuali rela berkali-kali balik ke halaman-halaman sebelumnya. Apalagi pada bagian-bagian tertentu, terutama beberapa puluh bab pertama (buku ini terdiri dari 128 bab), jalan ceritanya terkesan diulur-ulur sehingga alur berjalan agak lambat. Oh ya, berhati-hatilah saat membolak-balik halaman-halaman yang ada biar tidak ada halaman yang lepas lantaran terlalu seru membaca. Pasalnya, penjilidan buku ini tergolong tidak terlalu baik.
Di luar semua itu, ada hal lain yang cukup mengganggu kenyamanan dalam membaca novel ini. Yaitu, soal terjemahan. Terjemahan sejumlah istilah komputer dan internet oleh pihak penerbit lokal ke dalam Bahasa Indonesia terasa kurang enak dibaca. Daripada semakin membingungkan orang yang sehari-hari tidak berada di dunia komputer, mungkin akan lebih baik membiarkan sejumlah istilah tetap dalam bahasa aslinya. Istilah worm dan firewall, misalnya, sepertinya akan lebih mudah dipahami bahwa itu adalah istilah dalam dunia komputer ketimbang cacing dan perisai. Jadi pingin baca edisi Bahasa Inggrisnya. Ada yang punya? 😉
BAKAR SPOILER!
novel ini kesannya sangat bagus, rugi deh kalo gak baca
buku bagus? entahlah…butuh sehari semalam untuk saya menghabiskan ga ada separuh buku ini. rekor! padahal saya baca buku2 yang lain? sehari bisa dapat satu buku setebal 500 halaman lebih.