[rate 2]

fearlessKetika melihat poster film Fearless mungkin sebagian orang akan menyangka kalau ini adalah film terbaru soal Wong Fei Hung atau Huang Fei Hong. Wong Fei Hung is back? Hei, bukan. Yang benar adalah Jet Li is back!

Setelah hampir sepuluh tahun meninggalkan perannya sebagai Wong Fei Hung, Jet Li kembali berperan sebagai jago kung-fu jadul (jaman doeloe). Meskipun bukan sebagai Wong Fei Hung lagi, namun film arahan Ronny Wu ini sepertinya cukup mampu memuaskan dahaga pecinta film kung-fu model film Kung-fu Master (Once Upon a Time in China) kapan hari.

Berkisah seputar akhir tahun 1800an mengenai perjalanan hidup Huo Yuanjia yang berambisi menjadi jagoan kung-fu terhebat dengan menantang semua jago-jago kung-fu yang ada di Tianjin membuat film ini cukup kaya dengan adegan duel kung-fu, khususnya pada bagian awalnya. Bermodal ilmu kung-fu yang dipelajari dari buku milik ayahnya, satu per satu para penantang dikalahkannya dengan mudah. Kemenangan demi kemenangan itu membuat Yuanjia terbuai menjadi congkak dan melupakan keluarganya. Setiap hari ia malah minum-minum bersama orang-orang yang tiba-tiba memuja-mujanya. Ia tidak bisa lagi membedakan mana teman sejati dan mana penjilat. Nasihat Jinsun (Dong Yong), teman karib sejak masa kecilnya, diabaikan begitu saja.

Harga diri Yuanjia yang sudah merasa jadi nomor satu di Tianjin menjadi terusik dengan pulang kampungnya Qin Lei, seorang guru kung-fu yang cukup disegani. Apalagi tantangannya sempat ditolak mentah-mentah. Hingga suatu saat, dengan diliputi amarah karena menyangka Qin Lei telah membuat muridnya babak belur, Yuanjia mendatangi Qin Lei yang sedang merayakan ultahnya untuk bertarung habis-habisan. Pertarungan seru antar dua jago kung-fu pun tak terelakkan. Dan meskipun hasilnya membawa dampak serius bagi keluarga Yuanjia namun bisa dibilang justru adegan baku hantam itulah merupakan bagian paling menarik dari film kung-fu terakhir Jet Li ini. Apalagi hingga film berakhir, tidak ada lagi adegan perkelahian yang seseru dan sekeras itu.

Usai adegan pertarungan seru tadi, alur cerita berjalan lambat dan agak bertele-tele. Penggambaran Yuanjia yang depresi dan stres dilakukan terlalu sederhana: berambut panjang dan berjenggot tak terurus dengan pakaian compang-camping. Dan saat berada entah di daerah apa, tiba-tiba terlihat ia tercebur ke dalam sungai dan hampir tenggelam. Setelah diselamatkan oleh penduduk desa setempat, ia dirawat oleh seorang Yueci (Betty Sun), gadis manis tuna netra yang tinggal bersama neneknya. Selama tinggal di desa itu dan bergaul dengan para penduduknya, Yuanjia memperoleh banyak pelajaran moral. Ia seperti mendapat pencerahan mengenai kehidupan. Ketertarikan satu sama lain antara Yuanjia dan Yueci pun digambarkan cukup jelas. Klise? Begitulah.

Dengan alasan menengok rumah, kembalilah Yuanjia yang sudah tidak congkak lagi ke Tianjin. Kebetulan saat itu ada seorang petinju asing bernama O’Brien yang sesumbar sedang mencari lawan tangguh dan menghina para petarung China via surat kabar. Bisa ditebak, atas nama harga diri, bertandinglah Yuanjia dengannya. Dari situ ia mengajak Jinsun membuka perkumpulan wushu pertama di dunia.

Di bagian akhir film, oleh oknum dari komisi perdagangan asing setempat yang tidak ingin kemenangan Yuanjia membangkitkan semangat rakyat China, Yuanjia dijadualkan harus bertanding melawan empat orang petarung dari empat negara berbeda secara nonstop dalam satu hari. Anehnya, tiba-tiba adegan sudah tiba Pada pertandingan ke-4 di mana lawannya adalah Tanaka (Nakamura Shidou) dari Jepang Meskipun suasana pertandingan berlangsung cukup dramatis namun rasanya agak hambar sehingga kurang mampu membuat film ini tampil mengesankan hingga detik-detik terakhir. Sayang sekali…